Rabu, 05 Desember 2018

Sistem Pengapian Elektronik


BAB II
PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1. Memahami Definisi Sistem Pengapian Elektronik Dan Prinsip Terjadinya Pengapian
A.    Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini membantu siswa untuk memahami definisi sistem pengapian elektronik dan prinsip terjadinya pengapian dilengkapi syarat-syarat sistem pengapian serta perbandingan antara pengapian platina, elektronik dan pengapian komputer (EFI).
B.     Relevansi
Memahami definisi sistem pengapian elektronik dan prinsip terjadinya pengapian sangat dibutuhkan sebagai dasar dalam mempelajari materi sistem pengapian elektronik yang dibutuhkan dalam kegiatan memperbaiki sistem pengapian elektronik.
C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menjelaskan definisi tentang pengertian sistem pengapian elektronik dan prinsip terjadinya pengapian dengan tepat.
D.    Uraian Materi
1.      Konsep Dasar Terjadinya Pengapian
a.       Pengertian Api
Nyala api yang tampak pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan didalam proses kimia oksidasi yang berlangsung secara cepat dan disertai pelepasan energi/panas.
b.      Syarat Terjadinya Pembakaran
Api atau pembakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan 4 unsur dalam perbandingan yang baik yaitu :
·      Bahan bakar.
·      Oksigen/zat pembakar.
·      Panas/sumber nyala yang cukup.
·      Reaksi radikal bebas yang berlangsung secara berantai.

c.       Penyebab Api Padam
Api akan padam apabila :
·      Semua bahan telah habis terbakar.
·      Konsentrasi oksigen tidak cukup untuk berlansungnya pembakaran.
·      Temperatur material berada di bawah suhu penyalaan.
·      Reaksi berantai terputus.
d.      Reaksi Radikal Bebas
Bahan bakar setelah dipanaskan akan  mengalami perubahan :
·      Secara fisik menjadi gas.
·      Secara kimiawi akan menghasilkan atom-atom yang berdiri bebas (radikal)
Contoh : Ethane (C2H6)====Bentuk bangun   H – C – C – H
Setelah dipanaskan, salah satu atom H akan terlepas/berdiri bebas.
Atom H yang berdiri bebas inilah disebut H radikal (H*).
Atom H bersifat sangat reaktif atau mudah berkombinasi dengan oksigen menjadi HOO*.
Dan seterusnya akan menghasilkan HO* dan O*
Jadi nyala api adalah persenyawaan antara radikal-radikal tersebut.

2.      Syarat-syarat sistem pengapian
1.      Tekanan kompresi yang tinggi.
Pada saat campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang terjadi adalah  bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan. Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi.
2.      Saat pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat.
Sisem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan; harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri.
3.      Perbandingan campuran bensin dan udara yang tepat.

3.      Pengertian Sistem Pengapian Elektronik
Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan api yang kuat dan tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar. Beberapa macam sistem pengapian diantaranya sistem pengapian kontak point, pengapian transistor, CDI dan pengapian terkontrol komputer. Metode pengapian  transistor  menggunakan  cara  dimana  arus  yang  mengalir  di  coil primari pada ignition coil di interupsi (dimatikan sebentar) dengan menjalankan switching transistor untuk menginduksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Untuk jenis kontak pemutus, begitu arus primer pada ignition coil diputus oleh kontak  pemutus,  maka  akan  terjadi  percikan  api  pada  saat  kontak  poinnya terbuka. Karena itulah tegangan sekunder yang dihasilkannya tidak akan stabil dan menimbulkan misfiring dengan mudah. Perbandingan dari ketiga sistem pengapian diatas dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan sistem pengapian dengan kontak pemutus, full transistor dan computer control.
Kontak Pemutus
Full Transistor
Computer Control
Pengapian contact point pada kecepatan tinggi bisa berubah atau tidak stabil
Performa pada kecepatan rendah dan tinggi cukup aman.
Performa pada kecepatan rendah dan tinggi sangat aman.
Terjadi percikan api, maka kontak pemutus harus diperiksa dan diganti secara berkala
Tidak mempunyai kontak pemutus, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan.
Tidak mempunyai kontak pemutus, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan.
Bila vacuum dan centrifugal timing control tidak normal, maka pengipan mesin kurang pas
Sama seperti gejala yang ada pada jenis kontak pemutus
Karena waktu pengapian diatur oleh computer, maka sangat efisien.


Sebagai perbandingan, untuk jenis pengapian transistor, arus primer diputus sebentar oleh transistor sehingga interupsi terhadap arusnya adalah stabil pada  kecapatan  rendah  dan  kumparan  sekunder  bisa  mengasilkan  tegangan tinggi dengan stabil. Karena adanya pembatasan gas buang, maka diperlukan peningkatan energi pembakaran agar pengapiannya akurat tanpa terjadi misfire meskipun kecepatannya rendah. Untuk melakukan hal tersebut, maka arus primer harus dinaikkan. Untuk jenis interruption contact, hal ini sulit dilakukan namun untuk jenis transistor, hal ini dapat dimungkinkan. Sebagai tambahan, untuk meningkatkan performa pengapian pada kecepatan tinggi, jumlah gulungan pada ignition coil primer harus dikurangi sehingga tahanan dan induksi pada kumparan primer dapat diturunkan.
 






Gambar 2. Perbandingan karakteristik pengapian
konvensional dan transistor

 
 





Perbandingan struktur dari masing-masing sistem pengapian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan struktur dari masing-masing sistem pengapian
Interrupter Contacting
Full Transistor
Computer Control
Arus primer diputus oleh interrupter contact point
Arus primer diputus melalui switching pada transistor
Arus primer pada power transistor diputus oleh computer
Ignition coil yang dipakai adalah tipe open magnetic circuit
Ignition coil yang dipakai adalah tipe open magnetic circuit

Ignition coil yang dipakai adalah tipe Mold


Status buka-tutup interrupter contact point dilakukan oleh cam yang ada pada poros distributor.

Pemutusan arus primer dilakukan melalui putaran signal rotor yang dipasang pada distributor shaft
Signalnya dihasilkan dari pemutusan cahaya melalui putaran disk yang dipasang pada distributor shaft diantara LED dan photo diode atau sensor Ne, G dan ECM
Sistem pengapian elektronik adalah sistem pengapian yang memanfaatkan transistor untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil. Sistem pengapian elektronik terbagi menjadi sistem pengapian semi elektronik dan sistem pengapian full elektronik.
Sistem pengapian semi elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus
primer koil menggunakan transistor, tetapi masih menggunakan kontak pemutus sebagai pengontrol kerja transistor.
Sistem pengapian full elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor. Sinyal pemicu kerja transistor berasal dari generator sinyal yang menghasilkan tegangan ON dan OFF
Keuntungan dari sistem pengapian full transistor adalah :
1)      Tidak menggunakan kontak pemutus.
2)      Penyetelan saat pengapian saat pertama memasang dan dikontrol waktu servis.
3)      Tidak ada gangguan pentalan pegas.
4)      Mudah dalam pemeriksaan.
5)      Bantalan pada poros distributor tidak terbebani tekanan sehingga keausan terjadi pada waktu yang lama.
Kerugian dari sistem pengapian full transistor adalah :
1)      Sinyal yang dikirim masih dalam bentuk arus bolak-balik, maka pada kontrol unit elektronik masih harus dilengkapi dengan pembentuk sinyal segi empat /kotak.
2)      Memberi informasi hanya pada saat pengapian saja.
3)      Pemajuan saat pengapian masih mekanis.




E.     Latihan/Tugas
Kerjakan latihan/tugas dibawah ini untuk membantumu lebih memahami tentang konsep dasar terjadinya pengapian !
1.      Jelaskan perbandingan sistem pengapian dengan kontak pemutus, full transistor dan komputer control  ! ditulis dalam kertas folio bergaris.

F.     Rangkuman
Nyala api yang tampak pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan didalam proses kimia oksidasi yang berlangsung secara cepat dan disertai pelepasan energi/panas. Syarat terjadinya api ada 4 yaitu : Bahan bakar, Oksigen/zat

pembakar, Panas/sumber nyala yang cukup, Reaksi radikal bebas yang berlangsung secara berantai. Api akan padam apabila Semua bahan telah habis terbakar, Konsentrasi oksigen tidak cukup untuk berlansungnya pembakaran, Temperatur material berada di bawah suhu penyalaan, Reaksi berantai terputus.
Sistem pengapian elektronik adalah sistem pengapian yang memanfaatkan transistor untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil. Sistem pengapian elektronik terbagi menjadi sistem pengapian semi elektronik dan sistem pengapian full elektronik.
Sistem pengapian semi elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor, tetapi masih menggunakan kontak pemutus sebagai pengontrol kerja transistor.
Sistem pengapian full elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor. Sinyal pemicu kerja transistor berasal dari generator sinyal yang menghasilkan tegangan ON dan OFF

G.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Pada bagian umpan balik dan tindak lanjut peserta didik secara jujur harus mampu menilai kemampuan diri sendiri seperti yang tertera pada tabel di bawah:





No
Pernyataan
Ya
Tidak
1.
Saya dapat menjelaskan pengertian nyala api


2.
Saya dapat menjelaskan syarat terjadinya pengapian


3.
Saya dapat menjelaskan penyebab api padam


4.
Saya dapat menjelaskan Perbandingan sistem pengapian dengan kontak pemutus, full transistor dan computer control.


5.
Saya dapat menjelaskan sistem pengapian elektronik, sistem pengapian elektronik semi transistor dan sistem pengapian elektronik full transistor.


H.    Tes Formatif
1.      Sebutkan syarat terjadinya pembakaran !
2.      Apa saja penyebab api dapat padam ?
3.      Jelaskan pengertian sistem pengapian elektronik, sistem pengapian elektronik semi transistor dan sistem pengapian elektronik full transistor.

I.       Kunci Jawaban
1.      Syarat Terjadinya Pembakaran
Api atau pembakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan 4 unsur dalam perbandingan yang baik yaitu :
·      Bahan bakar.
·      Oksigen/zat pembakar.
·      Panas/sumber nyala yang cukup.
·      Reaksi radikal bebas yang berlangsung secara berantai.

2.      Penyebab Api Padam
Api akan padam apabila :
·      Semua bahan telah habis terbakar.
·      Konsentrasi oksigen tidak cukup untuk berlansungnya pembakaran.
·      Temperatur material berada di bawah suhu penyalaan.
·      Reaksi berantai terputus.


Sistem pengapian elektronik adalah sistem pengapian yang memanfaatkan transistor untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil. Sistem pengapian elektronik terbagi menjadi sistem pengapian semi elektronik dan sistem pengapian full elektronik.
Sistem pengapian semi elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor, tetapi masih menggunakan kontak pemutus sebagai pengontrol kerja transistor.
Sistem pengapian full elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor. Sinyal pemicu kerja transistor berasal dari generator sinyal yang menghasilkan tegangan ON dan OFF






Kegiatan Belajar 2. Memahami Komponen Dan Fungsi Masing-Masing Komponen Sistem Pengapian Elektronik
A.    Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini membantu siswa untuk memahami nama dan fungsi komponen sistem pengapian elektronik.
B.     Relevansi
Memahami nama dan fungsi komponen sistem pengapian elektronik sangat penting sebagai dasar dalam mempelajari materi sistem pengapian elektronik yang dibutuhkan dalam kegiatan memperbaiki sistem pengapian elektronik sesuai dengan perkembangan teknologi otomotif.
C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menjelaskan komponen sistem pengapian elektronik dan fungsi dari masing-masing komponen dengan benar.
D.    Uraian Materi
a.      Komponen Sistem Pengapian Elektronik





Komponen utama sistem pengapian elektronik antara lain :
a)      Baterai

Baterai pada sistem pengapian berfungsi untuk penyedia sumber arus listrik dan baterai juga berfungsi untuk menyimpan arus listrik.

b)      Kunci Kontak

Kunci kontak pada sistem pengapian berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus listrik dari bateri ke kumparan primer koil pengapian. Kunci kontak memiliki 4 buah terminal yaitu OFF/LOCK, ACC, IG/ON, dan START.
c)      Koil Pengapian
Koil pengapian pada sistem pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai yang sebesar 12 Volt menjadi tegangan tinggi kira-kira 5000 sampai 50.000 volt.

d)       Kabel Tegangan Tinggi

Kabel tegangan tinggi pada sistem pengapian konvensional terdapat 2 macam, yaitu kabel tegangan tinggi koil dan kabel tegangan tinggi busi. Kabel tegangan tinggi koil ini berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari koil ke distributor. Sedangkan kabel tegangan tinggi busi berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari distributor ke masing-masing busi

e)      Distributor

Distributor berfungsi untuk menyalurkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder koil menuju ke masing-masing busi sesuai dengan FO nya (firing order).
f)       Transistor
Transistor unit pada sistem pengapian full elektronik  berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus primer koil ke massa agar terjadi induksi kemagnetan , sehingga menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil. Komponen ini merupakan komponen utama yang menggantikan platina sebagai pemutus arus. Transistor adalah komponen elektronika berbahan semi konduktor yang memiliki tiga terminal yaitu Kolektor, emitor, dan basis. Sesuai namanya, transistor bisa berfungsi sebagai isolator dan konduktor.
Saat basis diberikan arus listrik, maka transistor berfungsi sebagai

konduktor dengan kata lain kolektor dan emitor tersambung. Namun saat arus basis dihentikan, kolektor dan emitor akan terputus atau transistor berfungsi sebagai isolator.
g)      Pulse Generator


Pulse generator berfungsi untuk membangkitkan signal pulsa untuk diteruskan ke transistor yang digunakan untuk memicu basis transistor agar transistor dapat memutus dan menghubungkan arus dari colector dan emitten.
Pulse igniter adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing pengapian berupa sinyal PWM yang digunakan untuk memutuskan arus basis pada transistor.
Pulse igniter juga bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet. Komponen ini menggunakan bahan magnet permanen yang diposisikan berada didekat rotor berverigi. Rotor ini tersambung dengan putaran mesin, sehingga saat mesin berputar gigi pada motor akan memotong GGM pada magnet yang menghasilkan sinyal PWM. Sinyal ini memilili frekuensi sesuai dengan putaran mesin. Dan gigi pada rotor akan menunjukan timing pengapian tiap silinder.



h)      Busi
Hasil gambar untuk busi
 







Busi pada sistem pengapian berfungsi untuk meloncatkan bunga api di antara elektroda tengah dan elektroda samping busi, sehingga nantinya loncatan bunga api ini akan digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara.
E.     Latihan/Tugas
Kerjakan latihan/tugas dibawah ini untuk membantumu lebih memahami tentang komponen sistem pengapian elektronik dan fungsi dari masing-masing komponen !
1)      Buatlah rangkuman tentang komponen dan cara kerja masing-masing sistem pengapian elektronik pada kertas folio bergaris !

F.     Rangkuman
Komponen sistem pengapian elektronik antara lain : baterai, kunci kontak, koil pengapian, kabel tegangan tinggi, distributor, transistor, pulse generator, dan busi.
a.      Baterai pada sistem pengapian berfungsi untuk penyedia sumber arus listrik dan baterai juga berfungsi untuk menyimpan arus listrik.
b.      Kunci kontak pada sistem pengapian berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus listrik dari bateri ke kumparan primer koil pengapian.
c.       Koil pengapian pada sistem pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai yang sebesar 12 Volt menjadi tegangan tinggi kira-kira 5000 sampai 50.000 volt.
d.      Distributor berfungsi untuk menyalurkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder koil menuju ke masing-masing busi sesuai dengan FO nya (firing order).
e.       Transistor unit pada sistem pengapian full elektronik  berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus primer koil ke massa agar terjadi induksi kemagnetan , sehingga menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil.
f.        Pulse generator berfungsi untuk membangkitkan signal pulsa untuk diteruskan ke transistor yang digunakan untuk memicu basis transistor agar transistor dapat memutus dan menghubungkan arus dari colector dan emitten.
g.      Busi pada sistem pengapian berfungsi untuk meloncatkan bunga api di antara elektroda tengah dan elektroda samping busi, sehingga nantinya loncatan bunga api ini akan digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara.



G.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1.
Saya dapat menyebutkan komponen sistem pengapian elektronik


2.
Saya dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing komponen sistem pengapian elektronik


3.
Saya dapat menjelaskan terminal yang ada pada transistor dan  aliran arusnya.


4.
Saya dapat menjelaskan prinsip kerja pulse generator.



H.    Tes Formatif
1)      Sebutkan 8 komponen sistem pengapian elektronik !
2)      Apakah fungsi koil pengapian ?
3)      Sebutkan terminal yang ada pada transistor dan jelaskan aliran arusnya !
4)      Bagaimana prinsip kerja pulse generator ?

I.       Kunci Jawaban
1)      Baterai, kunci kontak, koil pengapian, distributor, unit transistor, pulse generator, kabel tegangan tinggi, busi.
2)      Koil pengapian pada sistem pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai yang sebesar 12 Volt menjadi tegangan tinggi kira-kira 5000 sampai 50.000 volt.
3)      Transistor adalah komponen elektronika berbahan semi konduktor yang memiliki tiga terminal yaitu Kolektor, emitor, dan basis. Sesuai namanya, transistor bisa berfungsi sebagai isolator dan konduktor. Saat basis diberikan arus listrik,


 maka transistor berfungsi sebagai konduktor dengan kata lain kolektor dan emitor tersambung. Namun saat arus basis dihentikan, kolektor dan emitor akan terputus atau transistor berfungsi sebagai isolator
4)      Pulse igniter juga bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet. Komponen ini menggunakan bahan magnet permanen yang diposisikan berada didekat

 rotor berverigi. Rotor ini tersambung dengan putaran mesin, sehingga saat mesin berputar gigi pada motor akan memotong GGM pada magnet yang menghasilkan sinyal PWM. Sinyal ini memilili frekuensi sesuai dengan putaran mesin. Dan gigi pada rotor akan menunjukan timing pengapian tiap silinder.






Kegiatan Belajar 3. Memahami Cara Kerja Sistem Pengapian Elektronik
A.    Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini membantu siswa untuk cara kerja sistem pengapian elektronik pada saat transistor mengirimkan signal dan tidak mengirimkan signal.
B.     Relevansi
Memahami nama dan fungsi komponen sistem pengapian elektronik sangat penting sebagai dasar dalam mempelajari materi sistem pengapian elektronik yang dibutuhkan dalam kegiatan memperbaiki sistem pengapian elektronik.
C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian elektronik pada saat transistor mengirimkan signal dan tidak mengirimkan signal.
D.    Uraian Materi
a.       Cara kerja sistem pengapian elektronik
Cara kerja sistem pengapian elektronik full transistor dibedakan menjadi 2 antara lain:
1.      Saat KK ON generator pulse menghasilkan signal tegangan
2.      Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan.
Hasil gambar untuk mobil yang menggunakan  pengapian elektronik
 









Penjelalasan dari cara kerja sistem pengapian elektronik full transistor antara lain sebagai berikut :


1.      Saat KK ON generator pulse menghasilkan signal tegangan





Saat KK ON generator Pulse menghasilkan signal tegangan, maka arus (i) dari penghasil pulsa tersebut mengalir ke kaki basis transistor, ke kaki emitor kemudian ke massa. Karena ada arus yang masuk ke basis , maka transistor ini menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung. Akibat aktifnya transistor ini, arus yang besar mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor transistor ke kaki emitor lalu ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil ini menyebabkan terbentuknya medan magnet pada koil.

2.      Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan.
 







Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan (Sinyal OFF) , maka transistor juga OFF. Jika transistor OFF maka arus yang tadinya mengalir ke kumparan primer koil akan menjadi terhenti . Terhentinya arus dengan cepat ini menyebabkan hilangnya medan magnet pada koil dengan sangat cepat. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi yang sangat tinggi pada kumparan sekunder koil. Tegangan tinggi ini lalu disalurkan kabel tegangan tinggi koil ke distributor, dari distributor tegangan tinggi disalurkan ke masing-masing busi oleh kabel tegangan tinggi busi menurut FO nya. Sehingga terjadi
percikan bunga api pada elektroda busi.


E.     Latihan/Tugas
Kerjakan latihan/tugas dibawah ini untuk membantumu lebih memahami tentang cara kerja sistem pengapian elektronik.
1)      Buatlah rangkaian sistem pengapian elektronik dan jelaskan cara kerjanya pada saat pulse generator menghasilkan sinyal maupun tidak menghasilkan sinyal !

F.     Rangkuman
Saat KK ON generator Pulse menghasilkan signal tegangan, maka arus (i) dari penghasil pulsa tersebut mengalir ke kaki basis transistor, ke kaki emitor kemudian ke massa. Karena ada arus yang masuk ke basis , maka transistor ini menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung. Akibat aktifnya transistor ini, arus yang besar mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor transistor ke kaki emitor lalu ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil ini menyebabkan terbentuknya medan magnet pada koil.
Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan (Sinyal OFF) , maka transistor juga OFF. Jika transistor OFF maka arus yang tadinya mengalir ke kumparan primer koil akan menjadi terhenti . Terhentinya arus dengan cepat ini menyebabkan hilangnya medan magnet pada koil dengan sangat cepat. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi yang sangat tinggi pada kumparan sekunder koil. Tegangan tinggi ini lalu disalurkan kabel tegangan tinggi koil ke distributor, dari distributor tegangan tinggi disalurkan ke masing-masing busi oleh kabel tegangan tinggi busi menurut FO nya. Sehingga terjadi percikan bunga api pada elektroda busi.
G.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1.
Saya dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian elektronik saat KK ON generator pulse menghasilkan signal tegangan.


2.
Saya dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian elektronik saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan.




H.    Tes Formatif
1)      Bagaimana cara kerja sistem pengapian elektronik pada Saat KK ON generator pulse menghasilkan signal tegangan.
2)      Bagaimana cara kerja sistem pengapian elektronik pada Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan.
3)      Apakah yang akan terjadi jika transistor tidak berfungsi ?

I.       Kunci Jawaban
1)      Saat KK ON generator Pulse menghasilkan signal tegangan, maka arus (i) dari penghasil pulsa tersebut mengalir ke kaki basis transistor, ke kaki emitor kemudian ke massa. Karena ada arus yang masuk ke basis , maka transistor ini menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung. Akibat aktifnya transistor ini, arus yang besar mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor transistor ke kaki emitor lalu ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil ini menyebabkan terbentuknya medan magnet pada koil.
2)      Saat KK ON generator pulse tidak menghasilkan signal tegangan (Sinyal OFF) , maka transistor juga OFF. Jika transistor OFF maka arus yang tadinya mengalir ke kumparan primer koil akan menjadi terhenti . Terhentinya arus dengan cepat ini menyebabkan hilangnya medan magnet pada koil dengan sangat cepat. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi yang sangat tinggi pada kumparan sekunder koil. Tegangan tinggi ini lalu disalurkan kabel tegangan tinggi koil ke distributor, dari distributor tegangan tinggi disalurkan ke masing-masing busi oleh kabel tegangan tinggi busi menurut FO nya. Sehingga terjadi percikan bunga api pada elektroda busi.
3)      Apabila transistor tidak berfungsi maka tidak ada arus yang mengalir ke kumparan primer koil, akibatnya tidak terjadi kemagnetan , jika tidak ada kemagnetan maka tidak terjadi induksi magnetik dan tidak ada tegangan tinggi yang mengalir ke busi sehingga pengapian tidak terjadi.






Kegiatan Belajar 4. Mengetahui Cara Menggunakan Dan Membaca Alat Ukur  Sistem Pengapian Elektronik
A.    Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini dapat membantu siswa untuk mengetahui cara menggunakan dan membaca alat ukur sistem pengapian elektronik.
B.     Relevansi
Mengetahui cara menggunakan dan membaca alat ukur sangat penting dipelajari , karena dalam pelaksanaan perbaikan sistem pengapian elektronik dibutuhkan data dan pengukuran untuk menentukan kualitas komponen masih dalam keadaan baik atau telah mengalami kerusakan.
C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menjelaskan alat ukur sistem pengapian elektronik dan cara membacanya dengan cepat dan tepat.
D.    Uraian Materi
1.      Multimeter (AVO Meter)
a.       Memahami Multimeter (AVO Meter)
Multimeter (AVO Meter) merupakan alat yang berfungsi untuk memeriksa kelistrikan. Dapat digunakan untuk mengukur tegangan, arus, tahanan dan untuk memeriksa hubungan kelistrikan dari suatu komponen. Multimeter yang ada sekaran ada 2 jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital. Multimeter analog menunjukkan hasil pengukuran dengan menggunakan jarum, sedangkan multimeter digital dapat menunjukkan hasil pengukuran langsung dengan angka-angka.
b.      Bagian-bagian Multimeter
Bagian-bagian dari multimeter antara lain meliputi test lead (black and red) , positive terminal, negative terminal, range selector, ohm calibration knob, pointer calibration screw, pointer, scale, positive terminal (20 A DC only). Lebih lanjut tentang posisi dari masing-masing bagian dapat dilihat pada gambar dibawah ini


c.       Metode Prngukuran
a)      Pemeriksaan dan penyetelan skala nol (0)
Sebelum melakukan pengukuran, pastikan jarum penunjuk multimeter menunjuk tepat pada  garis ujung sebelah kiri. Hal ini berfungsi agar hasil pengukuran lebih akurat dan mempermudah proses pembacaan. Jika jarum tidak menunjuk tepat pada garis ujung sebelah kiri, stel jarum penunjuk dengan cara memutar pointer calibration screw menggunakan obeng min (-) hungga jarum menunjuk tepat pada  garis ujung sebelah kiri. Lebih lanjut, perhatikan gambar di bawah ini:

b)      Mengukur Tegangan DC
Daerah pengukuran tegangan adalah dalam interval 0-500 volt. Caranya : hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester. Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan pilihan 2.5, 10, 25, 50, dan 500. Nomor-nomor tersebut berkaitan dengan daerah volt. Intuk lebih jelasnya , perhatikan dabel berikut ini:
Range
Voltage yang dapat diukur (V)
2.5
0 – 2.5
10
2.5 – 10
25
10 – 25
50
25 – 50
500
50 – 500

Selanjutnya stel pada penyetelannya pada salah satu nomor sesuai dengan rentang skala yang akan diukur kemudian hubungkan kabel pengetes yang berwarna merah ke terminal positif dari sumber arus dan ujung satunya ke terminal positif dari multitester dan hubungkan kabel pengetes yang berwarna hitam dari terminal negatif multi tester ke terminal negatif dari sumber arus. Sambungan ini membentuk rangkaian paralel. Selanjutnya bacalah tegangan yang ditunjuk oleh skala.
Contoh :
Daerah yang dipilih atau yang di stel pada 25 DCV , maka jarum penunjuk akan terbaca 12 Volt DC.









Dalam pengukuran perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
v Pilihlah range (tingkat) pengukuran dengan hati-hati. Apabila yang akan diukur melebihi atau lebih besar , kemungkinan tester akan rusak (saat menggunakan AC maupun DC)
v Bacalah skala pada range yang benar


1)         50        : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 50, hasilnya
dikalikan 10 bila selector di stel pada 500.
2)         25        : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 25, hasilnya
dibagi 10 bila selector di stel pada 2.5.
3)        10       : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 10.

c)      Mengukur Tegangan AC
Daerah pengukuran tegangan adalah dalam interval 0-1000 volt. Caranya : hubungkan kabel-kabel  pengetesan (test lead) dan stel pada salah satu ACV seperti tabel dibawah ini :


Range
Tingkat tegangan yang dapat diukur (V)
10
0 – 10
25
10 – 25
250
25 – 250
1000
250 – 1000

Kemudian hubungkan kabel pengukur (test lead) secara paralel pada bagian yang akan diperiksa dan bacalah skala VCA (ACV) yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

Contoh :
Pembacaannya adalah 100 volt AC, sebab range selektornya di stel pada 250 AC Volt.


v  Pembacaan skala yang benar
1)      25  :Nilainya (value) dibaca apabila selector di stel pada 25, hasilnya
dikalikan dengan 10 apabila selektor di stel pada 250.
2)      10  :Nilainya (value) dibaca apabila selector di stel pada 10, hasilnya
dikalikan dengan 100 apabila selektor di stel pada 1000.

d)      Mengukur Arus DC
Daerah pengukuran arus adalah dalam interval 0-20 A.
1)      Mengukur arus DC dari 0-250 mA
Hubungkan kabel pengetes (Test lead) pada terminal tester (kabel yang berwarna merah ke terminal psitif dan yang berwarna hitam ke terminal negatif) dan stel selector ke 250 Ma ADC (DCA). Kemudian putuskan listrik pada titik tertentu saat mengukur arus listrik. Hubungkan kabel yang berwarna merah (dari positif tester) ke terminal positif sumber arus , dan kabel pengukur yang berwarna hitam (dari terminal negatif tester) ke terminal negatif sumber arus (rangkaian seri) kemudian baca skala DCA (ADC) yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Contoh :
Nilai pengukurannya adalah 30 Ma , sebab selector diset pada 250 Ma.

2)      Mengukur arus DC dari 0-20 A
Pengukuran arus listrik pada dasarnya diukur dengan cara yang sama seperti pengukuran arus DC dari 0- 250 Ma kecuali untuk perubahan berikut:
Kabel yang berwarna merah dihubungkan ke terminal positif yang hanya digunakan untuk mengukur 20 A DC. Range selector diset pada DCA 20 A. Baca jarum penunjuk pada skala 20 A DC.
Contoh :
Nilai pengukurannya adalah 1 A , sebab selektornya dis

Sirkuit tester (circuit tester) hanya mempunyai hanya mempunyai tahanan di dalamnya yang sangat kecil untuk mengukur arus listrik. Oleh karena itu sirkuit tester jangan dihubungkan paralel dengan beban, saat mengukur arus listrik dalam jumlah besar karena dapat merusak tester.

e)      Mengukur Tahanan
1)      Kalibrasi
Sebelum mengukur tahanan, perlu dilakukan kalibrasi agar hasil pengukuran lebih akurat.
Caranya : tempelkan kedua ujung probe (agar terjadi hubung singkat) , kemudian lihat jarum penunjuk apakah sudah tepat pada posisi “0”. Jika belum, putar tombol kalibrasi ohm sampai jarum tepat menunjuk angka “0”. Kalibrasi ini diperlukan setiap kali merubah Irange.


2)      Pengukuran
Stel selektor pada salah satu posisi ohm. Ada beberapa skala untuk mengukur tahanan. Posisi “K” menunjukkan 1000. Misal 10 K berarti 10.000.
Range
Tingkat tahanan yang diukur
X1
0 – 1 K
X10
0 – 10 K
X100
0 – 100 K
X 1 K
0 – Tak Hingga

Setiap kali mengubah range (tingkat), maka harus disertai dengan mengkalibrasi  jarum penunjuk (pointer). Pada pengukuran tahanan arus yang mengalir harus putus (tidak ada hubungan) , jika ada hubungan maka dapat menyebabkan multimeter rusak. Setelah tidak ada arus yang mengalir kemudian hubungkan kedua ujung kabel pengetesan ke kedua ujung beban.
Contoh:
Nilai pengukurannya adalah 90 ohm , sebab range selector diset pada X10 ohm.
 















                        Cara pembacaan skala ohm.
                       



                        Baca nilai yang ditunjukkan langsung bila pada range X1.
                        Kalikan hasilnya dengan 10 bila rangenya X10.
                        Kalikan hasilnya dengan 100 bila rangenya X100
                        Kalikan hasilnya dengan 1000 bila rangenya X1K
3)      Pengetesan hubungan
Untuk memeriksa hubungan kelistrikan (kontinuitas). Setellah range selektor pada skala X1 ohm dan kalibrasi skalanya. Kemudian hubungkan kabel pengetesan pada komponen. Hubungannya normal jika jarum selalu menunjuk ke kiri.

2.      Feeler Gauge/Thicknes Gauge
      Feeler gauge atau disebut juga thicknes gauge adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur celah antara dua bagian. Pada praktikum ini feeler gauge digunakan untuk mengukur celah busi.
Feeler gauge ini terdiri dari lembaran baja tipis yang memiliki presisi sampai 1/100 mm (0,01 mm). Pada umumnya ketebalannya 0,03 mm – 1,00 mm. Nilai ketebalannya tercantum pada setiap bilahnya (lembarannya).
 






                                                                                                      


Saran penggunaan feeler gauge :
1)      Bersihkan tangan anda, feeler dan komponen yang akan diukur sebelum melakukan pengukuran. Adanya oli, kotoran dll akan menyebabkan hasil pengukuran tidak valid.
2)      Bila satu bilah feeler masih belum cukup untuk pengukuran, gabunglah dua atau beberapa bilah sesuai kebutuhan.
3)      Sisipkan feeler gauge pada celah komponen yang diukur dengan hati-hati. Jangan sampai membengkokkan atau merusak feeler gauge.

3.      Digital Tachometer
Hasil gambar untuk digital tachometer
 






Tachometer adalah alat instrument yang dirancang untuk mengukur kecepatan rotasi dari sebuah objek, seperti alat pengukur dalam sebuah mobil yang mengukur putaran per menit (RPM) dari poros engkol mesin. Tingkat ketelitian batas ukuran terkecil pada tachometer yaitu 0,01 1/min. Kata tachometer berasal dari kata Yunani tachos yang berarti kecepatan dan metron yang berarti untuk mengukur.
Alat pengukur putaran mesin yang biasa disebut dengan tachometer rpm ini sebelumnya dibuat dengan dial, jarum yang  menunjukkan pembacaan saat ini dan tanda-tanda yang menunjukkan tingkat yang aman dan berbahaya. Pada saat ini seiring dengan perkembangan teknologi, dikembangkan tachometer digital yang memberikan pembacaan numerik tepat dan akurat yang hasilnya ditampilkan pada layar LCD berupa angka.

Penggunaan Tachometer :

Pada Mobil : Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan putaran perangkat mekanik atau mesin, yang biasanya ditunjukkan dalam satuan RPM. Alat ini digunakan untuk memantau RPM dalam mobil karena jika mesin dipacu dengan nilai RPM yang terlalu tinggi maka dapat mengurangi umur pemakaian mesin secara drastis menjadi lebih pendek.

Penggunaan dalam Pesawat : Pesawat biasanya ditempatkan satu tachometer pada tiap tiap mesin. Pada pesawat yang masih menggunakan menggunakan baling-baling seperti Helicopter, tachometer juga diperlukan pada tiap baling-baling. Putaran mesin pesawat biasanya memiliki nilai RPM yang lebih tinggi dari pada nilai RPM pada baling-balingnya. Dengan menggunakan rpm meter secara


terpisah pada tiap tiap bagian yang berbeda, maka pilot pesawat atau awak pesawat dapat mengetahui apakah ada masalah dengan bagian tertentu pada pesawatnya.

Penggunaan dalam Medis: Baru baru ini rpm meter juga dikembangkan dalam dunia medis / kedokteran. Dengan menempatkan turbin kecil, seperti pada alat yang disebut haematachometer dalam arteri atau vena, maka seorang dokter dapat memanfaatkan prinsip kerja pengukur kecepatan ini untuk menyimpulkan laju aliran darah dengan cara melihat kecepatan putaran turbin. Dari situ seorang dokter dapat mendiagnosa masalah peredaran darah seperti penyumbatan arteri dll.

Cara Menggunakan Alat Tachometer Laser
              Langkah awal : adakan pemeriksaan dan utamakan keselamatan kerja yaitu ketika mengukur silahkan menjaga jarak aman dari kecepatan tinggi dari putaran benda untuk menghindari kerusakan mesin atas cidera pribadi 
Pengukuran Kecepatan Putaran 
1)   Pasang Lenghtening bar dan pit sentuh pada alat tachometer.
2)   Mulai peralatan  yang akan diukur dan tunggu hingga kecepatan rotasi stabil.
3)   Memulai alat tachometer, masukkan modus pengukuran kecepatan default, bawa meteran secara bertahap lebih dekat ke objek berputar, sehingga sentuhan pit lancar dapat menghubungkan objek yang akan diukur. Tekan tombol pengukuran dan membaca nilai display LCD. Karena Lenghtening bar pendulum defleksi yang akan meningkatkan akurasi diatas 10000 RPM, lepas pemanjangan bar jika objek yang akan diukur berputar pada kecepatan yang lebih besar dari 10000 RPM. B.
4)   Pengukuran Kecepatan 
a)   Memulai alat tachometer dan masuk ke mode pengukuran kecepatan default. Pilih m/ min, m/ detik, t/ min, ft/ detik atau di/ min modus melaui tombol MODE operasi dan LCD akan menampilkan ukuran idler wheel yang dipilih .
b)   Pasang idler wheel yang dipilih .
c)   Mulai peralatan yang akan diukur dan tunggu kecepatan rotasi stabil. Bawa idler wheel secara bertahap lebih dekat dengan belt. Kemudian baca nilai display LCD.

Pengoprasian Penyimpanan Data  Bila Anda ingin menyimpan nilai kecepatan putaran, tekan tombol MEM non HOLD MEM dan penyimpanan default nomor 00 akan ditampilkan disudut kanan atas LCD. Tekan plus atau tombol dikurangi untuk memilih nomor penyimpanan .Pada saat ini, jika anda menekan tombol lampu latar , nilai kecepatan putaran akan berkedip . Nilai kecepatan rotasi saat ini dapat disimpan dalam jumlah penyimpanan yang dipilih. Untuk keluar area penyimpanan dengan menekan tombol BACA dibawah area penyimpanan.



Pengoperasian Baca Data.
Bila anda ingin membaca nilai yang disimpan , tekan tombol BACA tanpa ditekan , Jumlah penyimpanan defaulf 00 akan ditampilkan di sudut kanan atas LCD. Tekan plus atau tombol dikurangi untuk memilih nomor penyimpanan dan baca nilai dalam jumlah penyimpanan saat ini. Untuk keluar dari area penyimpanan dengan mengoprasikan tombol MEM area penyimpanan. E. Penggantian Baterai instalasi baterai. Ketika symbol menampilkan pada LCD itu berarti baterai rendah,, Silahkan ubah/ganti  baterai saat itu ,Silahkan ganti baterai dengan ukuran yang sama yaitu 1,5 V , AAA. Lalu tutup kembali pasang sekrup yang baru saja dikeluarkan sebelum menggunakan kembali alat meter tersebut.
4.      Gambar terkaitTiming Light






Timing light adalah suatu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur saat pengapian (ignition timing) pada mesin bensin. Timing ligh ditujukan (difokuskan) pada tanda timing yang terdapat pada poli poros engkol (pully cranksaft) atau pada roda penerus (mesin seri F) dan periksalah posisinya yang relatif pada indikator atau pointer.
Saran penggunaan Timing Light
1)      Timing light penggunaannya harus dikombinasikan dengan tachometer saat mesin berputar pada putaran spesifikasinya untuk tujuan pengukuran.
2)      Metode pemeriksaan saat pengapian bervariasi tergantung pada tipe mesin. Ikuti petunjuk dalam buku pedoman reparasi.
3)      Jangan membiarkan timing light on dalam waktu yang lama karena akan memperpendek umur bola lampu. Segera matikan apabila tidak  digunakan.




E.     Latihan/Tugas
Kerjakan latihan/tugas dibawah ini untuk membantumu lebih memahami tentang cara menggunakan dan membaca alat ukur  sistem pengapian elektronik.
1)      Ukurlah tegangan salah satu  baterai yang ada pada laboratorium otomotif menggunakan multimeter !
2)      Ukurlah tahanan kabel tegangan tinggi busi dengan skala X1K

F.     Rangkuman
Alat ukur sistem pengapian elektronik diantaranya adalah :
1.      Multimeter (AVO Meter)
Multimeter (AVO Meter) merupakan alat yang berfungsi untuk memeriksa kelistrikan. Dapat digunakan untuk mengukur tegangan, arus, tahanan dan untuk memeriksa hubungan kelistrikan dari suatu komponen.
Mengukur Tegangan DC
Daerah pengukuran tegangan adalah dalam interval 0-500 volt. Caranya : hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan pilihan 2.5, 10, 25, 50, dan 500. Selanjutnya stel pada penyetelannya pada salah satu nomor sesuai dengan rentang skala yang akan diukur kemudian hubungkan kabel pengetes yang berwarna merah ke terminal positif dari sumber arus dan ujung satunya ke terminal positif dari multitester dan hubungkan kabel pengetes yang berwarna hitam dari terminal negatif multi tester ke terminal negatif dari sumber arus. Sambungan ini membentuk rangkaian paralel. Selanjutnya bacalah tegangan yang ditunjuk oleh skala.

Mengukur Tegangan AC
Daerah pengukuran tegangan adalah dalam interval 0-1000 volt. Caranya : hubungkan kabel-kabel  pengetesan (test lead) dan stel pada salah satu ACV 10, 25, 250 dan 1000. Kemudian hubungkan kabel pengukur (test lead) secara paralel pada bagian yang akan diperiksa dan bacalah skala VCA (ACV) yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Mengukur Arus DC
Mengukur arus DC dari 0-250 mA
Hubungkan kabel pengetes (Test lead) pada terminal tester (kabel yang berwarna merah ke terminal psitif dan yang berwarna hitam ke terminal negatif) dan stel selector ke 250 Ma ADC (DCA). Kemudian putuskan listrik pada titik tertentu saat mengukur arus listrik. Hubungkan kabel yang berwarna merah (dari positif tester) ke terminal positif sumber arus , dan kabel pengukur yang berwarna hitam (dari terminal negatif tester) ke terminal negatif sumber arus (rangkaian seri) kemudian baca skala DCA (ADC) yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Mengukur arus DC dari 0-20 A
Pengukuran arus listrik pada dasarnya diukur dengan cara yang sama seperti pengukuran arus DC dari 0- 250 Ma kecuali untuk perubahan berikut:
Kabel yang berwarna merah dihubungkan ke terminal positif yang hanya digunakan untuk mengukur 20 A DC. Range selector diset pada DCA 20 A. Baca jarum penunjuk pada skala 20 A DC.
Mengukur Tahanan
Stel selektor pada salah satu posisi ohm. Ada beberapa skala untuk mengukur tahanan yaitu X1, X10, X100 dan X1K. Posisi “K” menunjukkan 1000. Misal 10 K berarti 10.000. Setiap kali mengubah range (tingkat), maka harus disertai dengan mengkalibrasi  jarum penunjuk (pointer). Pada pengukuran tahanan arus yang mengalir harus putus (tidak ada hubungan) , jika ada hubungan maka dapat menyebabkan multimeter rusak. Setelah tidak ada arus yang mengalir kemudian hubungkan kedua ujung kabel pengetesan ke kedua ujung beban

2.      Feeler Gauge/Thicknes Gauge
      Feeler gauge atau disebut juga thicknes gauge adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur celah antara dua bagian. Pada praktikum ini feeler gauge digunakan untuk mengukur celah busi.
Feeler gauge ini terdiri dari lembaran baja tipis yang memiliki presisi sampai 1/100 mm (0,01 mm). Pada umumnya ketebalannya 0,03 mm – 1,00 mm. Nilai ketebalannya tercantum pada setiap bilahnya (lembarannya).
3.      Tachometer
Tachometer adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur putaran (rpm) mesin.
4.      Timing Light
Timing light adalah suatu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur saat pengapian (ignition timing) pada mesin bensin. Timing ligh ditujukan (difokuskan) pada tanda timing yang terdapat pada poli poros engkol (pully cranksaft) atau pada roda penerus (mesin seri F) dan periksalah posisinya yang relatif pada indikator atau pointer.
G.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut

No
Pernyataan
Ya
Tidak
1.
Saya dapat menyebutkan alat ukur sistem pengapian elektronik.


2.
Saya dapat menjelaskan cara mengukur tegangan, arus dan tahanan menggunakan multimeter.


3.
Saya dapat menjelaskan cara menggunakan feeler gauge.


4.
Saya dapat menjelaskan cara menggunakan timing light



H.    Tes Formatif
1)      Sebutkan 3 alat ukur sistem pengapian elektronik !
2)      Sebutkan bagian-bagian multimeter !
3)      Bagaimana cara pemeriksaan dan penyalaan skala 0 pada multimeter ?
4)      Bagaimana cara mengukur tegangan DC pada rentang 25-50 volt ?
5)      Bagaimana cara membaca skala pengukuran tegangan DC ?
6)      Bagaimana cara mengkalibrasi multimeter sebelum melakukan

pengukuran tahanan ?
7)      Bagaimana cara penggunaan feeler gauge ?
8)      Apakah fungsi dari tachometer dan timing light ?

I.       Kunci Jawaban
1)      Multimeter, tachometer, timing light
2)      Bagian-bagian dari multimeter antara lain meliputi test lead (black and red) , positive terminal, negative terminal, range selector, ohm calibration knob, pointer calibration screw, pointer, scale, positive terminal (20 A DC only).
3)      Pemeriksaan dan penyetelan skala nol (0)
Sebelum melakukan pengukuran, pastikan jarum penunjuk multimeter menunjuk tepat pada  garis ujung sebelah kiri. Hal ini berfungsi agar hasil pengukuran lebih akurat dan mempermudah proses pembacaan. Jika jarum tidak menunjuk tepat pada garis ujung sebelah kiri, stel jarum penunjuk dengan cara memutar pointer calibration screw menggunakan obeng min (-) hungga jarum menunjuk tepat pada  garis ujung sebelah kiri.
4)      Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester. Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan pilihan 50. . Selanjutnya bacalah tegangan yang ditunjuk oleh skala pada skala 50.
5)      Bacalah skala pada range yang benar





50        : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 50, hasilnya
  dikalikan 10 bila selector di stel pada 500.
25        : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 25, hasilnya
dibagi 10 bila selector di stel pada 2.5.
10         : Nilainya (Value) dibaca bila selector di stel pada 10.

6)      Kalibrasi
Sebelum mengukur tahanan, perlu dilakukan kalibrasi agar hasil pengukuran lebih akurat.
Caranya : tempelkan kedua ujung probe (agar terjadi hubung singkat) , kemudian lihat jarum penunjuk apakah sudah tepat pada posisi “0”. Jika belum, putar tombol kalibrasi ohm sampai jarum tepat menunjuk angka “0”. Kalibrasi ini diperlukan setiap kali merubah Irange.
7)      Bersihkan tangan anda, feeler dan komponen yang akan diukur sebelum melakukan pengukuran. Adanya oli, kotoran dll akan menyebabkan hasil pengukuran tidak valid.
Sisipkan feeler gauge pada celah komponen yang diukur dengan hati-hati. Jangan sampai membengkokkan atau merusak feeler gauge.
Bila satu bilah feeler masih belum cukup untuk pengukuran, gabunglah dua atau beberapa bilah sesuai kebutuhan.


8)      Tachometer adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur putaran (rpm) mesin. Timing light adalah suatu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur saat pengapian (ignition timing) pada mesin bensin





Kegiatan Belajar 5. Mendiagnosis Sistem Pengapian Elektronik
A.    Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini membantu siswa untuk mendiagnosis kerusakan yang terjadi berdasarkan pada gejala yang dirasakan. Dilengkapi juga penyebab kerusakan dan cara memperebaikinya.
B.     Relevansi
Mendiagnosis kerusakan sistem pengapian elektronik merupakan hal yang penting dalam kegiatan perbaikan sistem pengapian elektronik. Seorang mekanik harus mampu mendiagnosis kerusakan berdasarkan gejala yang ada agar tidak salah dalam perbaikan sistem pengapian elektronik.
C.    Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi peserta didik dapat menjelaskan cara mendiagnosis kerusakan sistem pengapian elektronik dengan cepat.
D.    Uraian Materi
Untuk dapat memperbaiki sistem pengapian elektronik terlebih dahulu harus mengetahui troubleshooting yang terjadi pada sistem pengapian elektronik. Troubleshooting berfungsi untuk mencari solusi dari permasalahan yang timbul berdasarkan pada gejala yang ada. Troubleshooting tersebut adalah sebagai berikut:
Keluhan : Motor tidak dapat hidup
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Suplai tegangan dari baterai ke coil kecil.
-          Tegangan baterai kecil
-Melakukan pengisian pada baterai/mengganti yang perlu
Tidak ada tegangan pada busi
-busi mati atau rusak
-kabel pada terminal-terminal coil putus
- kabel tegangan tinggi lepas

-pulse generator tidak bekerja
- mengganti busi
-sambung kabel-kabel pada terminal coil.
-memperbaiki pemasangan kabel tegangan tinggi.
-memeriksa dan memperbaiki pulse generator termasuk memeriksa sambungan kabelnya.
Teganga n yang dihasilkan coil kecil.
-          Kondensator sudah tidak berfungsi/rusak
-          Coil rusak
-          Mengganti kondensator

-          Mengganti coil

Penjelasan :
1.      Pada busi yang rusak tidak terjadi beda potensial antara elektroda negatif dan positif akibatnya elektroda positif tidak dapat meloncatkan tegangan listrik ke elektoda negatif sehingga tidak terjadi pengapian. Apabila pengapian tidak ada, maka pembakaran di dalam silinder tidak akan terjadi, sehingga motor tidak dapat dihidupkan.
2.      Apabila kondensator tidak berfungsi maka loncatan listrik masih terjadi pada breaker point saat terbuka dan arus primer tidak dapat diputus, sehingga tidak terjadi induksi pada kumparan primer dan kumparan sekunder, akibatnya pada kumparan sekunder tidak menghasilkan tegangan tinggi.
3.      Ignition coil merupakan alat untuk menaikkan tegangan listrik yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi. Komponen tersebut mempunyai tahanan pada kumparan primer 3 – 4  dan tahanan pada kumparan sekunder 6 – 10  . Apabila tahanan coil pada tiap-tiap kumparan melebihi dari ukuran standart maka coil sudah rusak sehingga voltase yang dihasilkan jauh dari standart ( 25 KV), akibatnya tegangan yang dihasilkan untuk disalurkan ke busi tidak mampu untuk malakukan pengapian pada busi sehingga tidak terjadi proses pembakaran di dalam silinder. 

Keluhan : Motor dapat hidup tetapi saat start sulit
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Tegangan pada busi tidak stabil.
- Kabel tegangan tinggi pada busi kurang kencang.1)
- Salah satu busi rusak (setengah mati)
-Mengencangkan pemasangan kabel busi

-Mengganti busi yang rusak.

 Tegangan yang dihasilkan coil ke busi kecil
-tegangan basis transistor rendah 
Cek pulse generator dan kabel yang menuju ke saluran basis transistor
Penjelasan :
1.      Penyebab utama loncatan tegangan listrik dari elektroda positif ke elektroda negatif pada busi tidak stabil, kadang besar kadang kecil adalah karena arus listrik tidak stabil. Jika api busi tidak stabil pembakaran gas juga tidak stabil maka mesin sulit dihidupkan/stasioner (Boentarto, 2000, hal : 57). Pemasangan kabel busi yang kurang kencang akan menghambat besarnya arus listrik ke busi sehingga tegangan yang diberikan oleh coil ke busi yang digunakan untuk pembakaran juga tidak stabil


Keluhan  : Motor dapat hidup tetapi tenaganya kurang.
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Teg angan dari coil ke busi kurang / kecil
Celah busi terlalu rapat dan businya kotor.

 - Membran vacum dan selangnya bocor.

- Pegas pengembali pada unit centrifugal advancer untuk masing-masing putaran terlepas.
- Membersihkan elektroda busi serta menyetel celahnya.
-Mengganti membran vacum dan selangnya.

-Memasang dan perbaiki pegas pengembali pada unit centrifugal advancer pada dudukannya.

Penjelasan :
1.      Elektroda busi yang kotor dan terlalu rapat akan menghambat aliran listrik, sehingga loncatan tegangan listrik dari elektroda positif ke elektroda negatif kurang besar (Boentarto, 2000, hal : 54). Hal ini juga menyebabkan tenaga mesin menjadi berkurang karena percikan bunga api yang dihasilkan busi kecil saat melakukan pembakaran sehingga proses pembakaran tidak sempurna.
2.      Pegas pengembali pada unit centrifugal advancer berfungsi untuk menarik kedua bobot pemberat (bobot governor) agar pada saat mesin berputar cepat bobot tersebut tidak terlempar ke arah luar. Sehingga apabila pegas ini terlepas berarti putaran dari bobot ini akan berbalik dengan arah distributor dan menghambat kerja dari breaker point dalam membuka dan menutup celahnya.
Keluhan  : Motor hidup tetapi tersendat-sendat
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Loncatan tegangan listrik yang dihasilkan busi kecil
             Businya setengah mati
            - Elektroda Busi kotor
- Mengganti busi

-          Membersihkan elektroda busi
Tegangan dari coil ke busi kecil
-          Membran vacum rusak dan selangnya bocor.
-Mengganti membran vacum yang rusak dan selang yang bocor




Keluhan  : Akselerasi motor lambat atau berat
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Tegangan pada busi tidak stabil.
            - Elektroda Busi kotor
            - Elektroda busi sudah aus
-Membersihkan elektroda busi.
- Mengganti busi
Suplai tegangan dari coil ke busi kurang/kecil
Pegas pengembali pada unit centrifugal advancer untuk masing-masing putaran terlepas.
- Memasang dan perbaiki pegas pengembali pada unit centrifugal advancer pada dudukannya.

E.     Latihan/Tugas
1.    Apa yang harus dilakukan jika motor hidup tetapi tersendat sendat ?
F.     Rangkuman
Untuk dapat memperbaiki sistem pengapian elektronik terlebih dahulu harus mengetahui troubleshooting yang terjadi pada sistem pengapian elektronik. Troubleshooting berfungsi untuk mencari solusi dari permasalahan yang timbul berdasarkan pada gejala yang ada.
Keluhan : Motor tidak dapat hidup
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Suplai tegangan dari baterai ke coil kecil.
-          Tegangan baterai kecil
-Melakukan pengisian pada baterai/mengganti yang perlu
Tidak ada tegangan pada busi
-busi mati atau rusak
-kabel pada terminal-terminal coil putus
- kabel tegangan tinggi lepas

-pulse generator tidak bekerja
- mengganti busi
-sambung kabel-kabel pada terminal coil.
-memperbaiki pemasangan kabel tegangan tinggi.
-memeriksa dan memperbaiki pulse generator termasuk memeriksa sambungan kabelnya.
Teganga n yang dihasilkan coil kecil.
-          Kondensator sudah tidak berfungsi/rusak
-          Coil rusak
-          Mengganti kondensator

-          Mengganti coil




Keluhan : Motor dapat hidup tetapi saat start sulit
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Tegangan pada busi tidak stabil.
- Kabel tegangan tinggi pada busi kurang kencang.1)
- Salah satu busi rusak (setengah mati)
-Mengencangkan pemasangan kabel busi

-Mengganti busi yang rusak.

 Tegangan yang dihasilkan coil ke busi kecil
-tegangan basis transistor rendah 
Cek pulse generator dan kabel yang menuju ke saluran basis transistor

Keluhan  : Motor dapat hidup tetapi tenaganya kurang.
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Teg angan dari coil ke busi kurang / kecil
Celah busi terlalu rapat dan businya kotor.

 - Membran vacum dan selangnya bocor.

- Pegas pengembali pada unit centrifugal advancer untuk masing-masing putaran terlepas.
- Membersihkan elektroda busi serta menyetel celahnya.
-Mengganti membran vacum dan selangnya.

-Memasang dan perbaiki pegas pengembali pada unit centrifugal advancer pada dudukannya.


Keluhan  : Motor hidup tetapi tersendat-sendat
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Loncatan tegangan listrik yang dihasilkan busi kecil
             Businya setengah mati
            - Elektroda Busi kotor
- Mengganti busi

-          Membersihkan elektroda busi
Tegangan dari coil ke busi kecil
-          Membran vacum rusak dan selangnya bocor.
-Mengganti membran vacum yang rusak dan selang yang bocor






Keluhan  : Akselerasi motor lambat atau berat
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasinya
Tegangan pada busi tidak stabil.
            - Elektroda Busi kotor
            - Elektroda busi sudah aus
-Membersihkan elektroda busi.
- Mengganti busi
Suplai tegangan dari coil ke busi kurang/kecil
Pegas pengembali pada unit centrifugal advancer untuk masing-masing putaran terlepas.
- Memasang dan perbaiki pegas pengembali pada unit centrifugal advancer pada dudukannya.


G.    Umpan Balik dan Tindak Lanjut
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1.
Saya dapat memahami pengertian troubleshooting


2.
Saya dapat menjelaskan cara mengatasi motor hidup tetapi tersendat-sendat


3.
Saya dapat mengetahui permasalahan yang terjadi ketika motor ketika motor hidup tetapi sulit di start .



H.    Tes Formatif
1.    Apakah kemungkinan penyebab tegangan pada busi tidak stabil ?
2.    Bagaimana cara mengatasi tidak adanya tegangan pada busi ?
I.       Kunci Jawaban
1.      Salah satu busi rusak (setengah mati)
Kabel tegangan tinggi pada busi kurang kencang.
2.      Memeriksa dan memperbaiki pulse generator termasuk memeriksa sambungan kabelnya.
Mengganti busi
Sambung kabel-kabel pada terminal coil.
Memperbaiki pemasangan kabel tegangan tinggi.





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaik

TIPE DAN KARAKTERISTIK SISTEM SUSPENSI